Kamis, 21 Desember 2023

HILANG EMPATI, MATI NURANI

Oleh: Achmad Mu’it 
Jurnalis 

Presiden Joko Widodo belum lama ini melakukan peninjauan langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, Selasa (17/9/2019). Ia hadir mengenakan kemeja putih, tanpa masker, dan sepatunya yang kotor menjadi perbincangan di sosial media karenaunggahan Pramono Anung.(Tirto.id, 22/9/19). Namun hal ini tidak memberikan dampak apapunbagi bencana karhutla.


Meskipun titik api turun dari 4012 pada tanggal 14 September 2019 menjadi 2766 pada tanggal 21 September 2019 namun kabut asap justru makin tebal.


Di hari yang sama (21/9/2019) di Jambi, langit memerah dan suasana sangat gelap meski jam masih menunjukkan pukul 12.00. Amna, seorang warga Muaro Jambi menceritakan pengalaman yang ia rasakan saat itu, dikutip TribunWow.com dari Tribunnews.com, Minggu (22/9/2019)."Mencekam kondisinya sekarang. Langitnya oranye," kata Amna. Sementara, minggu pagi di Pekanbaru, kabut asap pekat masih menyelimuti Kota Pekanbaru, Minggu (22/9/2019).


Melihat kondisi di atas justru Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghabiskan akhir pekan bersama cucunya, Jan Ethes. Keduanya terlihat asyik berjalan-jalan di Istana Bogor.Momen tersebut diumbar Jokowi melalui video yang di-upload di akun YouTube-nya, Sabtu (21/9/2019). Jokowi ngelvog bersama Jan Ethes dengan melihat kuda, kambing dan rusa. "Ini pagi-pagi memberi makan rusa sama Jan Ethes," kata Jokowi bersama Jan Ethes.


Apakah pantas seorang pemimpin mengumbar kebahagiaan di saat yang bersamaan rakyatnya lagi berjibaku melawan kabut asap yang semakin tebal?

Hal tersebut mencerminkan ketidakpekaan terhadap penderitaan rakyat. Rakyat seolah disuguhkan sesosok yang hilang empati dan mati nurani. Berbeda dengan karakteristik pemimpin di zaman kekhilafahan Islam. Sebagaimana diulas di bawah ini.


Potret Pemimpin Ketika Zaman KeKhilafahan Islam


Umar bin Khattabadalah seorang pemimpin yang rela memikul karung gandum untuk diantarkan kepada seorang janda dan anaknya yang tak berhenti menangis lantaran kelaparan. Umar saat itu terkejut ketika melihat seorang ibu sampai harus menanak batu hanya agar anak-anaknya yang menangis kelaparan merasa tenang dengan menyangka bahwa sang ibu sedang memasak sesuatu untuk dimakan.


Hati Umar saat itu remuk, sebagai seorang pemimpin, ia merasa sangat bersalah lantaran ternyata di wilayah yang dipimpinnya masih ada seorang ibu dan anak yang sampai menangis karena kelaparan. Beliau pun kemudian memikul sendiri karung gandum dan makanan melewati padang pasir yang jauh untuk dibawakan kepada ibu dan anak tersebut.

Selain itu, Umar Bin Khattab juga merupakan pemimpin yang hidupnya sederhana bahkan amat sederhana untuk seseorang yang memegang jabatan Khalifah. 


Bahkan untuk menjamin  kebutuhan rakyatnya, Umar sampai pernah melarang dirinya sendiri untuk memakan daging, minyak samin, dan susu.Saat itu tanah Arab sedang mengalami paceklik, Umar pun membatasi dirinya untuk memakan makanan yang enak sebab ia khawatir jika makanan yang ia makan akan mengurangi jatah makanan untuk rakyatnya. Beliau sampai rela kelaparan dengan hanya menyantap sepotong roti dengan celupan minyak zaitun. 


Makanan yang beliau makan pun tak membuat perutnya menjadi kenyang melainkan masih kelaparan. Dalam laparnya itu, beliau berkata, "Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar."

Sungguh indah sikap beliau saat menjadi Khalifah. Dua kisah di atas cukup memberikan gambaran betapa pedulinya Umar terhadap rakyatnya saat menjadi Khalifah dan betapa beliau selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan sendirinya.

Umar bin Khattab adalah contoh pemimpin yang patut diteladani. Seorang pemimpin yang rela lebih sengsara saat rakyatnya sedang mengalami kesusahan. Seorang pemimpin yang betul-betul takut jika ada satu saja warga yang dipimpinnya sampai tak terpenuhi kebutuhannya sebab ia tahu bahwa adalah tanggung jawabnya untuk memastikan bahwa seluruh rakyat yang dipimpinnya terpenuhi kebutuhannya.

Sosok pemimpin seperti Umar tidak akan pernah dijumpai dalam Sistem demokrasi yang memandang politik sebagai ajang merebut kekuasaan bukan melayani rakyat. Sosok pemimpin yang peduli pada rakyat hanya ada dalam Sistem Khilafah ala minhajinNubuwwah.

Wallahua’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar